SIAPAKAH KAUM PURITAN ITU?
SIAPAKAH KAUM PURITAN ITU?
Apakah Puritan itu? Siapakah mereka yang
disebut sebagai kaum Puritan? Bab ini akan memberikan gambaran kepada
Anda tentang kaum Puritan. Menurut Dr. Joel R. Beeke, “Penggunaan kata
Puritan bukan hanya untuk orang-orang yang dikeluarkan dari Church of
England dengan the Act of Uniformity-nya pada tahun 1662, namun juga
orang-orang dari beberapa generasi setelah Reformasi di wilayah Inggris
Raya dan Amerika Utara, yang berusaha mereformasi dan memurnikan gereja
serta memimpin orang-orang kepada Alkitab, kehidupan yang saleh,
mempertahankan konsistensi doktrin tentang anugerah. Dari gambaran
penjelasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Puritan adalah gerakan
untuk memimpin kekristenan kembali kepada Alkitab dan kehidupan yang
kudus sebagai bukti dari pertobatan yang sejati. Oleh sebab itu, berita
utama kaum Puritan adalah seruan pertobatan. Khotbah-khotbah maupun
tulisan-tulisan kaum Puritan menekankan seruan untuk bertobat. Karya
literatur pionir untuk penginjilan kaum Puritan adalah Call to the
Unconverted oleh Richard Baxter dan Alarm to the Unconverted yang
ditulis oleh Joseph Alleine. Berita-berita atau khotbah-khotbah yang
dikumandangkan oleh kaum Puritan sangatlah berbeda dengan
khotbah-khotbah zaman ini yang cenderung dangkal dan tidak mengubah hati
manusia. Tidak heran jika bangkitnya kaum Puritan identik dengan First,
Second and Third Great Awakening (Kebangunan Rohani Pertama, Kedua, dan
Ketiga) di Inggris Raya dan Amerika.
Bangkit dan bertumbuhnya Puritan paling
sedikit disebabkan oleh tiga kebutuhan utama pada zaman itu, yaitu: (1)
Perlunya khotbah yang Alkitabiah dan pengajaran kebenaran; (2) perlunya
kesucian personal yang menekankan pekerjaan Roh Kudus dalam iman dan
kehidupan orang percaya; dan (3) pembaharuan tatacara dan pemerintahan
gereja menurut Alkitab. Oleh sebab itu, ungkapan “Puritan evangelism”
seringkali dihubungkan dengan bagaimana Kaum Puritan memberitakan Firman
Allah berhubungan dengan keselamatan orang-orang berdosa dari dosa dan
konsekwensinya. Keselamatan diberikan hanya oleh anugerah, diterima
dengan iman. Kaum Puritan bukan hanya memberitakan Kristus sehingga
melalui kuasa Roh Kudus orang-orang datang kepada Allah melalui Kristus;
namun mereka juga memberitakan Kristus dengan menekankan bahwa orang
percaya harus bertumbuh di dalam Dia, dan melayani Dia sebagai Tuhan
dalam persekutuan dengan Jemaat-Nya dan dalam memperluas Kerajaan-Nya di
muka bumi ini.
Apakah yang mengkarakteristik dari gerakan atau khotbah-khotbah kaum Puritan ini?
I. Kaum Puritan Mendasarkan Khotbah Mereka di atas Alkitab
Edward Dering seorang tokoh Puritan
berkata, “Hamba Tuhan yang setia, seperti Kristus, adalah orang yang
hanya berkhotbah dari Alkitab saja.” Dan John Owen menyetujuinya dengan
berkata, “Tugas utama dan prinsip dari seorang Gembala adalah memberi
makan kepada domba-dombanya dengan khotbah yang dalam dari Alkitab.”
Sebagaimana Miller Maclure katakan bahwa bagi kaum Puritan, khotbah
tidak boleh memutarbalikan Kitab Suci, namun secara literal harus dari
dalam Alkitab; bukan teks di dalam khotbah, namun khotbah di dalam teks.
Henry Smith yang juga adalah pengkhotbah Puritan berkata kepada
jemaatnya, “Kita harus selalu menempatkan Firman Allah di depan kita
sebagai aturan hidup, dan tidak mempercayai yang lain selain apa yang
diajarkan Alkitab, tidak mengasihi yang lain selain yang ditentukan
Alkitab, tidak membenci yang lain selain yang dibenci Alkitab, tidak
melakukan yang lain selain yang diperintahkan oleh Alkitab.”
Kutipan-kutipan dari para pengkhotbah
Puritan di atas tentunya memberikan gambaran yang jelas kepada kita
bahwa Kaum Puritan mendasarkan khotbah-khotbah mereka tidak lain selain
dari Alkitab. Ini sangat berbeda dengan para pengkhotbah zaman ini.
Bahkan menurut Dr. Joel R. Beeke para pengkhotbah saat ini lebih
memahami sepak bola dan program tayangan-tanyangan televisi, atau
pengajaran Sigmund Freud dan Paul Tillich, dari pada melakukan seperti
yang Musa dan Paulus lakukan. Khotbah-khotbah masa kini cenderung
menjawab kebutuhan-kebutuhan psikologis dari pada rohani manusia.
Alkitab bukan lagi menjadi pusat pemberitaan, namun pemikiran-pemikiran
psikologis dan anthropologis yang lebih ditekankan.
Hank Hanegraaff menulis buku tentang ini,
dengan judul Counterfeit Revival (Word, 1997). Dalam cover buku
tersebut tertulis kalimat seperti berikut ini:
Para pemimpin Kristen… menyatakan bahwa
kita sekarang berada di tengah kebangunan rohani yang terbesar di
sepanjang sejarah. Dalam ketergesa-gesaan mereka mengatakan itu sebagai
Kebangunan Rohani (Great Awakening), walaupun lebih tepat disebut
Kesesatan Besar (Great Apostasy)… Kebangunan Rohani yang palsu merupakan
pencarian Allah di tempat yang salah. Seperti para pemimpin Kebangunan
Rohani Palsu banyak menerapkan taktik manipulasi sosio-psikologikal,
tema-tema mereka terjebak dalam bahaya subyektivisme. Tidak seorangpun
kebal terhadap kekuatan sugesti massa. Sekali epidemik ini
mengkontaminasi suatu gerakan, itu dapat membuat hitam tampak menjadi
putih, mengaburkan realita, dan mengabadikan kemustahilan-kemustahilan.
Dengan kekuatan penuh hal ini mendobrak para intelektual untuk menjadi
seperti ragu, kaya, atau miskin. Agama-agama kafir dan bidat-bidat
Kristen telah lama menyulap dan mempengaruhi pikiran untuk mempromosikan
praktek-praktek mereka. Para pemimpin Kebangunan Rohani Palsu saat ini
sedang mengikuti langkah-langkah mereka.
II. Kaum Puritan Tidak Malu Mengkhotbahkan Khotbah-Khotbah Doktrinal
Para penginjil Puritan melihat teologi
sebagai disiplin praktis yang bersifat esensial. Seperti Ferguson
tuliskan, “Bagi mereka teologi sistematika bagi seorang gembala sama
dengan pengetahuan anatomi bagi seorang dokter.” Setiap tulang manusia
menjadi perhatian seorang dokter, begitu juga setiap doktrin harus
menjadi perhatian bagi setiap pengkhotbah. Pada tanggal 28 Desember 1958
Dr. W.A. Criswell berkhotbah di First Baptist Church of Dallas dengan
tema “Adorning the Doctrine of God,” dan ia menjelaskan betapa
pentingnya doktrin bagi pertumbuhan iman jemaat. Dr. W.A. Criswell
berkata, “Doktrin adalah dasar di mana hidup kita dibangun di atasnya.
Tragedi di zaman modern kita ini dapat dengan mudah digambarkan seperti
jutaan orang yang terpengaruh untuk mempercayai bahwa ayat-ayat yang
berkenaan dengan doktrin penting yang diwahyukan oleh Tuhan ini dianggap
sudah ketinggalan jaman. Mereka adalah orang-orang dari abad
pertengahan. Dan bahkan, hal yang kita harus lakukan pada zaman kita ini
adalah tunduk kepada atheis di area ilmu pengetahuan dan pengagungan
pengetahuan. Dan, mereka telah datang ke tempat yang telah diciptakan
oleh si monster Frankenstein, kita tunduk di hadapan dewa pengetahuan
dan ilmu pengetahuan dan keilmiahan yang telah kita agung-agungkan.
“Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang
benar itu?” Semua hal ini adalah penting. Dan, ada berjuta-juta orang
yang lain yang telah meninggalkan dasar-dasar kehidupan dan pengharapan
orang Kristen yang agung ini dan menggantikannya dengan filsafat yang
palsu, secularism, dan materialisme.”
Dr. W.A. Criswell menggambarkan doktrin
adalah kerangka tulang bagi tubuh manusia, dan praktek hidup kita
sebagai daging yang membalut tulang itu sehingga kerangka tulang itu
menjadi indah untuk dipandang. Kita akan menjadi makhluk aneh tanpa
susunan kerangka tulang ini. Suatu rongga tengkorak yang menjaga otak;
suatu rongga dada yang menjaga dan melindungi dan sebagai wadah
paru-paru dan jantung; susunan tulang belakang yang memungkinkan kita
dapat berdiri tegak lurus; tulang paha sebagai daya penggerak; tumit dan
tulang telapak kaki untuk berjalan; tulang pergelangan tangan dan
tulang telapak tangan untuk dapat memegang. Para insinyur berkata ini
adalah kerangka yang paling sempurna yang dijadikan Tuhan di muka bumi
ini. Tanpa itu, tentunya kita akan menjadi makhluk yang aneh: hanya
menyerupai gumpalan daging saja. Seperti halnya kerangka tulang ini
sangat dibutuhkan, begitu juga doktirn adalah sangat penting. Peter
Marshall, suatu kali berkata: “Orang yang tidak berdiri di atas sesuatu
akan jatuh kepada sesuatu.” Maksudnya mungkin saja ada orang-orang
tertentu yang akan berkata bahwa mereka tidak memerlukan doktrin, mereka
menentang khotbah-khotbah yang bersifat doctrinal, padahal itulah
doktrin mereka.
III. Kaum Puritan Menyerukan Praktek Hidup Menurut Firman Tuhan
Khotbah kaum Puritan menjelaskan
bagaimana orang Kristen mencoba untuk menerapkan kebenaran Alkitab dalam
hidup mereka. Dan Dr. Joel R. Beeke berkomentar, “Betapa berbedanya ini
dengan banyak khotbah-khotbah masa kini! Zaman ini Firman Allah sering
dikhotbahkan dengan cara yang tidak akan pernah mentransformasi karena
tidak pernah membedakan benar dan salah serta tidak pernah mendorong
orang untuk melakukannya. Khotbah sudah dikurangi menjadi seperti
memberikan kuliah, memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia, atau suatu
bentuk experientialism telah dipindahkan dari dasar Kitab Suci.”
Para pengkhotbah Kebangunan Rohani
Pertama, atau kaum Puritan khususnya George Whitefield, menyelidiki hati
orang-orang berdosa sampai mereka sendiri mengakui kenyataan dosa-dosa
mereka. Whitefield, penginjil terbesar pada zaman itu, menekankan hal
itu. Ia kemudian menunjukkan nurani mereka sendiri berhubungan dengan
natur dosa warisan mereka, natur mereka yang berdosa, ketika mereka
lahir, dan ketika mereka menjalani kehidupan mereka. Whitefield sering
berkata bahwa manusia yang tidak merasakan kengerian oleh karena warisan
natur dosanya, tidak dapat benar-benar bertobat di dalam Kristus. Ia
menekankan hal ini dengan kuatnya, sampai banyak orang dalam
pelayanannya datang dengan kesadaran yang penuh bahwa mereka ada dalam
kondisi menyedihkan di dalam Adam, sadar akan natur dosa mereka, warisan
dari Adam, melanggar dan menentang Tuhan. Melanggar dan menentang
adalah natur mereka, bahkan sekalipun misalnya mereka tidak melakukan
satu dosa pun, secara fisik, mereka tetap harus dihukum di Neraka,
karena natur mereka yang berdosa. Dan Pengkhotbah Puritan lainnya,
Richard Baxter menegaskan bahwa orang-orang yang sudah mengalami
konviksi ini harus melangkah menuju pertobatan sejati, yaitu change of
mind (mengalami perubahan pikiran), change of heart (mengalami perubahan
hati), change of life (mengalami perubahan hidup), dan change of
affection (mengalami perubahan afeksi).
IV. Khotbah Kaum Puritan Bersifat Penginjilan Holistik
Kaum Puritan menggunakan Alkitab untuk
mengkonfrontasi semua orang. Mereka tidak melulu mengarahkan manusia
untuk meresponi dasar dari banyak teks yang menekankan aspek
penginjilan. Tentu tugas untuk meresponi Injil dalam iman adalah hal
yang sangat penting, namun harus diingat bahwa selain itu ada
tugas-tugas lain yang harus dikerjakan. Ada tugas untuk bertobat, bukan
hanya seperti perasaan bersalah yang bersifat sementara, namun sebagai
pertumbuhan hidup yang penuh. Kaum Puritan berkhotbah agar orang-orang
berdosa “berhenti berbuat jahat” (Yes. 1:16), dan menjadi kudus seperti
Allah yang adalah kudus.
Kaum Puritan mengkhotbahkan hukum Taurat
sebelum Injil seperti cara Paulus menuliskan tiga pasal pertama dari
Kitab Roma. Pertama-tama Rasul Paulus menjelaskan kesucian Allah dan
hukum Taurat sehingga mulut orang berdosa akan bungkam dan seluruh dunia
akan menemukan rasa bersalah dalam dirinya di hadapan Tuhan. Dengan
demikian mereka dapat berbalik dari dosa-dosa mereka dan kembali kepada
Allah dengan segenap hati mereka. Dr. R.L. Hymers, Jr berkata, “Khotbah
pemberitaan Injil model lama selalu menunjukkan kepada manusia akan dosa
mereka dan bahwa kegagalan mentaati hukum Taurat begitu jelas dan
ditekankan, sebelum mempresentasikan Injil kepada mereka. Satu kesalahan
terbesar dalam penginjilan modern, yang telah dipraktekkan seratus dua
puluh lima tahun terakhir ini atau bahkan lebih, telah menjadi
kebalikannya dari apa yang seharusnya, yaitu pertama-tama
mempresentasikan kasih dan anugerah Kristus, dan kemudian hanya
mempresentasikan teror hukum Taurat jika mereka menolak Kristus. Ini
kebalikkan dari cara penyampaian Injil yang diajarkan dalam seluruh
Alkitab, dan ini kebalikan dari cara yang telah dilakukan oleh para
pengkhotbah penginjilan klasik di sepanjang abad. Luther, Wesly,
Whitefield, Bunyan, dan semua pengkhotbah klasik dari tiga masa
Kebangunan Rohani, yang selalu memulai khotbah mereka seperti yang
diajarkan Alkitab, yaitu dengan mengkonfrontasi orang-orang berdosa yang
terhilang dengan kondisi mereka yang sangat menyedihkan, keadaan mereka
yang sangat mengerikan dan masa depan ajal mereka.”
Dengan mengetahui empat karakteristik
khotbah-khotbah kaum Puritan kita di atas kita dapat menjadikannya
sebagai perbandingan dan ukuran untuk khotbah-khotbah masa kini.
Khotbah-khotbah mereka memiliki kuasa untuk merubah hidup manusia yang
berdosa, rusak dan jahat menjadi berbalik kepada Tuhan, mengalami
perubahan sejati baik dalam pikiran, hati, hidup dan afeksi mereka.
Suatu kali ketika George Whitefield sedang berkhotbah, di sana hadir
seorang skeptis yang brilian, yaitu Thorpe dari Bristol. Orang ini
memiliki club yang dinamakan Hell Fire Club. Mereka adalah kumpulan
pencemooh Kekristenan. Ketika Thorpe mendengarkan khotbah Whitefield
dengan seksama, pada saat itu ia mengalami pertobatan dan perubahan yang
drastis. Ia tersungkur di hadapan Tuhan dan mengakui dosa-dosanya dan
menyambut Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Setelah
pulang, ia langsung pergi mengumpulkan anggota Hell Fire Club dan di
sana ia mulai berkhotbah dengan mengkhotbahkan kembali khotbah
Whitefield yang telah mempertobatkannya, dan beberapa orang di situ
tersungkur dan bertobat. Sejak itu Thorpe dipakai Tuhan dengan luar
biasa untuk membawa orang-orang bertobat dan percaya kepada Kristus.
Komentar